DKISP BANGGAI – Pemerintah Kabupaten Banggai terus memacu penurunan angka stunting hingga 14 persen sesuai target nasional. Anggaran sebesar Rp22 miliar yang dialokasikan Pemkab Banggai untuk percepatan penurunan stunting di tahun 2023 diharapkan dapat memenuhi target pemerintah pusat. Saat ini, prevalensi stunting di Kabupaten Banggai mencapai 24 persen.

“Targetnya harus 14 persen secara nasional di tahun 2024,” ujar Wakil Ketua Tim Percepatan Penanggulangan Stunting (TPPS) Kabupaten Banggai Ramli Tongko saat melakukan Gerebek Stunting bersama Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) yang juga Kepala Kejaksaan Negeri Banggai Raden Wisnu Bagus Wicaksono di BPU Desa Bunga, Luwuk Utara, Senin (10/7/2023).

Ramli mengatakan, penanganan stunting tidak hanya berkaitan dengan peningkatan gizi dan kesehatan bayi dan ibu atau yang dikenal dengan intervensi gizi spesifik, tetapi juga meliputi intervensi pendukung seperti penyediaan air bersih dan sanitasi.

“Untuk Pemda, intervensi stunting ini digodok bersama, melibatkan 14 perangkat daerah (OPD) dan seluruh pemerintah desa. Jadi, pembangunan seperti fasilitas air bersih dan sanitasi itu juga bagian dari upaya intervensi stunting,” ujar Ramli.

Hal itu tampak dalam penanganan stunting di Desa Bunga, Kecamatan Luwuk Utara. Kepala Desa Bunga Sarudin Timpo melaporkan, melalui anggaran sebesar Rp154 juta dari dana desa tahun 2023, pihaknya telah melaksanakan pembangunan 4 unit rumah tidak layak huni (RTLH), pengadaan 200 buah tong sampah, dan program makanan tambahan untuk penanganan stunting.

Melalui intervensi tersebut, kata Sarudin, mampu menekan jumlah bayi berisiko stunting menjadi 10 bayi dari sebelumnya 29 bayi. “Ini belum dikategorikan stunting, tapi baru berisiko,” kata Sarudin.

Kejari Banggai selaku Bapak Asuh Anak Stunting wilayah Desa Bunga dalam kesempatan itu mengatakan, percepatan penurunan stunting mendesak dilakukan guna memenuhi tujuan jangka panjang yakni menuju Indonesia Emas tahun 2045.

“Ini perintah Pak Presiden, karena kalau berbicara tentang milestone (tonggak pencapaian) Indonesia ke depan, 2045 itu harus sudah mencapai Indonesia Emas. Untuk mencapai itu, salah satunya dengan intervensi stunting,” ujar Kejari Banggai.

Bonus demografi, di mana sebanyak 70 persen penduduk Indonesia di tahun 2045 diprediksi merupakan usia produktif, kata Kajari, harus dimanfaatkan sebaik mungkin dengan mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing sejak dini.

“Insyaallah, kalau ini kita lakukan bersama-sama, stunting ini pasti menurun,” kata dia.

Ia juga mengapresiasi kinerja para kader posyandu, penyuluh, dan perangkat desa yang mampu menekan risiko stunting di Desa Bunga.

Tatap muka bersama para ibu dan bayi berisiko stunting itu dimanfaatkan Kajari dan TPPS Banggai untuk berdialog, menanyakan kondisi kesehatan bayi, ibu hamil, dan ibu menyusui berisiko stunting. Setelah menyerahkan paket bantuan, Kajari bersama TPPS Banggai mengecek langsung kondisi hunian keluarga berisiko stunting.

Gerebek Stunting yang dilaksanakan Kejari Banggai bersama TPPS Banggai kali ini merupakan rangkaian dari peringatan Hari Bhakti Adhyaksa ke-63. Hadir pula Plt. Kepala Dinas P2KB-P3A Banggai Nurdjalal, Plt. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Banggai Rudi P.K Bullah, Sekretaris Dinas Kesehatan Banggai Nurmasita Datu Adam, dan Sekretaris Dinas PUPR Banggai Dedy Lakita.

*Tim Liputan Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian (DKISP) Kabupaten Banggai