BanggaiKab.go.id, Luwuk- Anggota Dewan Komisi V DPR RI, Sudewo, bersama dengan Dirjen PPKTrans, Ir. Rr. Aisyah Gamawati, dan Irjen Kemendesa PDTT, Ir. Ekatmawati, serta Sekretaris Dirjen PPKT, Dr. Sigit Mustofa Nurudin, melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) di Kabupaten Banggai, Jumat (12/11).

Dalam kegiatan Kunker tersebut, rombongan didampingi Asisten Administrasi Umum Setda Banggai, Samsuridjal Poma, Ketua DPRD, Suprapto, Kadis Nakertrans, Helena Padeatu, Kadis PMD, Camat Moilong, Camat Toili, Camat Toili Barat, dan Ketua Forum Kades.

Adapun lokasi Kunker di Kecamatan Moilong tersebut, dalam rangka peresmian bangunan dan pemberian secara simbolis berupa, 8 ekor sapi, alat pengelola pupuk dari dinas TPHP
di Desa Mulyoharjo, kemudian dilanjutkan ke Desa Minakarya.

Samsuridjal Poma, yang membacakan sambutan Bupati Banggai Amirudin mengungkapkan, Kabupaten Banggai terletak di pesisir pantai jazirah timur pulau Sulawesi, yang menjadi simpul pengembangan, karena berhadapan langsung dengan perairan laut yang kaya potensi, yaitu teluk Tomini, laut Maluku, dan teluk Tolo.

“Dan berperan sebagai pusat kegiatan regional menjadi pintu masuk utama bagi jalur perdagangan, disribusi logistik, dan mobiliyas orang dikawasan timur Sulawesi, serta berada dalam jalur lalulintas penerbangan udara maupun jalur pelayaran laut,” ungkapnya.

Adapun menurutnya, Banggai yang sejahtera dapat diwujudkan melalui validasi data penduduk miskin dan rentan miskin, untuk berbagai skema bantuan sosial. Penataan skema bantuan sosial. “Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan ODGJ, penanganan Lansia, penataan skema perlindungan dan jaminan sosial masyarakat serta inovasi,” ungkapnya.

Ketua DPRD Banggai, Suprapto, mengaku berterimakasih atas kunjungan istimewa dari Anggota Dewan Komisi V DPR RI, bersama dengan Dirjen PPKTrans, dan Kemendesa PDTT. Karena dari ratusan Desa yang ada di Kabupaten Banggai, hanya Desa Minakarya lah yang terpilih.

“Sekalipun bapak Sudewo dari daerah pemilihan Jawa Tengah, tetapi beliau dari jauh-jauh memilih Desa Minakarya, tentu ini bukan urusan jalan-jalan, tapi ada urusan besar terkait kebaikan yang ada di Kabupaten Banggai,” ungkapnya.

Dirjen PPKTrans, Ir. Rr. Aisyah Gamawati, mengaku bahagia karena berada di tengah-tengah masayarakat Desa Minakarya yang warganya berada dari eks Transmigran Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Ia tidak bisa sembunyikan rasa haru saya dan bangga, karena kondsi Desa ini sudah begitu luar biasa berkembang, bahkan diketahui salah satu desa yang merupakan lumbung pangan. Sehingga hasil panen bukan hanya untuk Kabupaten Banggai saja, melainkan Kabupaten lain bahkan Provinsi lain.

“Saya dengar beras disini sudah ke Manado bahkan ke Maluku, ini semua berkat kerjakeeas dan semangat juang, tentu dibantu oleh Pemda setempat,” terangnya.

Anggota Dewan Komisi V DPR RI, Sudewo, mengatakan, kunjungannya kali ini adalah melaksanakan fungsi pengawasan, sehingganya ia hadir secara langsung melihat kondisi pembangunan di Desa Minakaya bersama rombongan.

“Saya lihat disini secara umum sudah berkembangnya bagus, tapi ada beberapa yang perlu ditangani pemerintah pusat, diantaranya, Mercu yang berfungsi mengatur tinggi air.

“Menurut laporan mercu bendungan yang amrol sudah disurvei, hanya saya akan mendorong segera ditangani, mudah-mudahan tahun 2023 kondisi keuangan membaik sehingga bisa dianggarkan,” terangnya.

Kemudian penanganan pantai yang abrasi, sehingga mengancam penduduk disana, kalau bisa buat pemecah ombak. “Kemudian juga kalau ada sekolah yang rusak berat, silahkan ajukan ke kami untuk tindak lanjuti,” pintanya.

Seorang warga Minakarya, Sulyadi menceritakan riwayat singkat perjalanan transmigrasi pertama di Toili, unit satu.

Yakni pada tanggal 4 Januari, tahun 1965, sebanyak 180 kepala keluarga berangkat dari Surabaya menggunakan KM Klingi dari pelabuhan Tanjung Perak.
KM Klingi sempat singgah di pelabuhan Makassar tanggal 7 Januari untuk melakukan bongkar muat. Kemudian tanggal 16 Januari kembali melanjutkan kembali perjalanan menuju Kabupaten Banggai.

“Tanggal 19 Januari KM Klingi berlabuh di luar pantai Moilong, karena belum ada pelabuhan sehingga warga transmigrasi diturunkan ke perahu tongkang untuk mengangkut ke pantai atau daratan,” tuturnya.

Sulyadi mengaku, saat itu rumah warga trans yang pertama belum dibuatkan serta lokasi pemukiman masih hutan belukar, sehingga warga trans harus menebang sendiri pohon dan belukar yang ada untuk membuat pondok.

“Pemberian jatah makanan untuk warga transmigrasi telah bhabis, sempat terjadi krisis bahan makanan, jadi warga trans berusaha mencari makanan di hutan, yaitu Gadung atau ondot, pohon aren, dan pohon sagu untuk diambil sagunya, itulah yang menjadi makanan pokok hari-hari bagi warga transmigrasi Toili unit 1,” pungkasnya.

Tim Liputan Bidang Media Diskominfo Banggai