DKISP BANGGAI – Festival Sastra Banggai (FSB) tahun ini akan digelar pada 6-9 September 2023. Isu perubahan iklim menjadi tema besar yang akan diperbincangkan dalam edisi ke-7 pergelaran FSB.
Tema festival tahun ini Mendedah Cuaca, Memperpanjang Usia Bumi.
“Festival Sastra Banggai pelaksanaan ke-7 ini kami menyebutnya ‘narasi ke-7’. Tema besarnya adalah perubahan iklim,” ujar Direktur Festival Sastra Banggai Ama Achmad pada acara Peluncuran Tema FSB, Rabu (26/7/2023), di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Teluk Lalong, Luwuk.
FSB digagas pertama kali pada 2017 oleh sejumlah anak muda yang tergabung dalam jaringan relawan literasi Babasal Mombasa. Penyelenggaraan FSB diproyeksikan untuk menginisiasi terbangunnya ekosistem literasi di daerah, khususnya di wilayah “Banggai Bersaudara” (Kabupaten Banggai, Banggai Laut, dan Banggai Kepulauan).
Untuk tahun ini, Ama bersama rekan-rekannya di Babasal Mombasa memutuskan memilih isu perubahan iklim karena gelisah akan dampak nyata perubahan iklim yang dirasakan hampir di seluruh belahan bumi.
Ia meyakini, literasi dan sastra adalah medium yang mampu membahasakan perubahan iklim melalui gagasan, serta penting untuk diperbincangkan terus-menerus dan disebarluaskan.
“Selama ini perubahan iklim hanya jadi konsumsi kelas menengah atas dan para ilmuwan, sementara yang tinggal di bumi kebanyakan adalah orang-orang biasa seperti kita,” terangnya.
Hal senada juga diungkapkan salah satu kurator FSB, Reza Nufa. Menurut Reza, wacana tentang krisis iklim mungkin terdengar klise dan muluk-muluk untuk diperbincangkan, apalagi diatasi. Tetapi ia optimistis. Tidak adanya imajinasi tentang masa depan, menurut dia, adalah akar dari pandangan pesimistis terhadap krisis iklim yang terjadi saat ini.
“Nah, sastra, dalam hal ini seni secara garis besarnya, mengajarkan hal-hal yang mungkin kamu raih meskipun saat ini kamu tidak punya itu,” tutur Reza.
FSB ke-7 akan menghadirkan banyak pembicara, di antaranya penulis Mahfud Ikhwan, pemenang pertama Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014, lewat karyanya Kambing dan Hujan : Sebuah Roman. Adapula pemerhati bahasa Ivan Lanin, penyair Dadang Ari Murtono, serta sejumlah sastrawan dan pegiat literasi dari berbagai daerah.
Untuk literasi mengenai perubahan iklim, kata Ama, pihaknya mengundang pembicara yang kompeten membahas isu tersebut.
“Ada sekitar 3 atau 4 orang yang akan berbicara soal itu (perubahan iklim). Dari jurnalis dan pegiat lingkungan,” kata Ama.
FSB akan diisi berbagai kegiatan seperti bedah buku, seminar, dan pertunjukan seni. Selain itu, akan ada longmars mengangkat sampah bertajuk Kota Apik, Warga Senang, Bumi Tenang.
“Tim Liputan Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian (DKISP) Kabupaten Banggai.